Wednesday, October 26, 2011

Mana Sumpah Setia Kalian, Pemuda!?


SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
Djakarta, 28 Oktober 1928




WR Soepratman menggubah kata diatas. Tak penting, karena kala itu, pemuda Indonesia sudah lama setia terhadap tumpah darah Indonesia, pada bahasa Melayu persatuan (Indonesia), dan pada satu bangsa Indonesia.

Kaum muda-lah yang menggawangi kemerdekaan Indonesia, di kala kaum tua terlalu larut pada janji-janji kemerdekaan kolonial dan segala kompromi yang bakal meninabobokan segala cita-cita untuk lepas dari jajah Belanda. Kaum muda berpikiran kritis dan lebih independen dengan segala darah-amarah yang siap luap dalam bentuk apapun. Itulah muda, di kala itu...


 80 tahun setelahnya, yang muda jelas tua, yang tua telah lama mati. Itulah manusia Indonesia, bahkan manusia bumi. Sedangkan muda terus saja bermunculan di setiap era, tak lama setelah mereka lepas dari rahim ibunda, dan sebentar saja sudah lekas dewasa. Muda tetaplah muda, namun 'muda' hari ini adalah sia-sia. Muda kini terkapar oleh buai penjajahan baru di dunia yang baru pula.

Muda hari ini adalah waktu dimana belajar dan berilmu untuk satu-dua tuntutan, keharusan dari orang tua dan keharusan mendapat kerja.

Muda hari ini adalah waktu dimana sia-sia dan pemborosan dalam segala bentuk sama kata dengan kewajaran.

Muda hari ini adalah dimana puncak usia representatif kebahagiaan.

Muda hari ini adalah dimana muda yang tak lagi mengenal musuh bersama, musuh negara, karena ancaman hanyalah datang dari ego diri sendiri.

Muda hari ini adalah ketidakpedulian akan banyak hal.

Muda hari ini adalah cikal bakal buruh pekerja.

Muda hari ini adalah menampilkan semangat nasion hanya dalam gambar, ilustrasi, jargon, lagu dan simbol sampah belaka.   

Muda hari ini adalah melupakan sejarah selupa-lupanya, dan mengingat ekspektasi seingat-ingatnya.

Dan semoga aku salah dalam semua hal diatas...

Ketika para tua yang dulu muda menggelora masih sanggup memandang dan mendengar para muda sekarang,  mereka pasti akan berbisik, dan parau kekecewaan aku yakinkan keluar dari mulut mereka.
Sedikit saja pasti mereka pinta, dan disebutlah kata ini :

"Mana Sumpah Setia Kalian, Pemuda!?"

0 comments:

Post a Comment